Sabtu, 23 April 2011

Hari Teater Sedunia, 27 Maret 2011 | CATATAN KECIL TEATER PELAJAR DI MOJOKERTO

Hari Teater Sedunia, 27 Maret 2011
CATATAN KECIL TEATER PELAJAR DI MOJOKERTO
Oleh : ACHMAD SAIFUL ANAM*

Minggu, 27 Februari 2011 sekitar jam 4 sore saya mendapat sms dari Cak Chamim Kohari yang mengabarkan bahwa Minggu malam ada pementasan teater hasil workshop dari pelajar yang juga santri di Pondok Pesantren Darul Falah Jerukmacan Kecamatan Gedeg. Segera saya jemput Cak Abdul Malik di perpustakaan Banyumili di Kampung Kradenan dan meluncur ke balai desa Japanan Lor tempat kegiatan berlangsung. Sesampai di lokasi, pentas sudah dimulai dengan baca puisi secara bergantian dari peserta workshop. Pentas hasil workshop pun dimulai. Terbagi menjadi 5 kelompok pemeranan, masing-masing: kelahiran, tanah, api, perang dan perdamaian. Meskipun cukup dominan dengan teater gerak dan minim dialog, namun jalan cerita cukup mudah diikuti. Seusai pementasan Cak Chamim Kohari selaku kepala sekolah, mengatakan bahwa pementasan tersebut merupakan hasil dari workshop teater yang diadakan oleh pihak pondok pesantren selama 3 hari dari tanggal 25-27 Februari 2011. Sebagai pemateri adalah Dody Yan Masfa, dari Teater Tobong dan Teater Doyan Rondo, Surabaya. Sementara itu Dody Yan Masfa, di sela sela memberikan materi workshop tak lupa mengabarkan ke jejaring komunitas teater lewat statusnya di akun facebook Teater Tobong.
Semangat untuk lahir dan berapresiasi didunia teater tampak diwajah santriwan-santriwati, dalam sesi diskusi yang digelar sesuai pementasan hasil workshop teater. Sebagian besar menyatakan kegembiraan ketika pertama kali berakting di panggung. Demikianlah gambaran awal dan kekinian kehidupan teater pelajar di Mojokerto.
Pengalaman berikutnya dalam mendokumentasikan pentas teater yang cukup berkesan adalah di even “ SCREAM” (Sooko’s Creativity Art and Music) pada hari Jum’at tanggal 4 Maret 2011. Digelar oleh SMAN Negeri 1 Sooko Kabupaten Mojokerto. Peserta kategori teater sebanyak empat grup teater pelajar.
Pementasan pertama dari Teater Payung Hitam SMAN 1 Sokoo Mojokerto dengan naskah Gelap, karya dan sutradara Edy Subianto selaku pembina Teater Payung Hitam. Kedua oleh Teater Incanda Mirror Theater dari SMAN 2 Kota Mojokerto dengan naskah Pengaduan Topeng, karya dan sutradara Andrian Dwi Cahyono (Chigusa Modjo). Ketiga oleh Teater Bintang dari SMAN 1 Mojosari naskah Amarah, karya dan sutradara M. Nur Badri (Mamack). Sajian terakhir oleh Teater Samudra Illahi dari MAN Sooko Mojokerto yang mengusung naskah Safa, karya Agus Jombang dan disutradarai oleh Bagus Yuwono (Mahayasa). Penampilan terbaik pertama diraih oleh Teater Bintang dari SMAN 1 Mojosari. Dalam amatan saya, panggung pementasan kurang maksimal karena sepanggung dengan Festival Band yang juga merupakan bagian dalam rangkaian kegiatan “SCREAM”. Meskipun demikian, beberapa peserta malah memilih pentas di depan panggung band. Riuhnya sorak sorai antara peserta festival band dan penonton teater juga menjadi tantangan tersendiri dari festival teater kali ini. Adziani Heramurti (Hera) salah satu panitia dan ketua ekstrakurikuler Teater Payung Hitam SMAN 1 Sooko Mojokerto mengatakan, bahwa acara ini merupakan bukti kebangkitan teater pelajar di Mojokerto. Teater di Mojokerto dikatakan mati tapi tidak mati dan dikatakan hidup namun sepi pertunjukan. Untuk itulah, Teater Payung Hitam memberi ruang kepada teater pelajar untuk berekspresi untuk menunjukan bakat berteater dan kreativitas.
Dari dua peristiwa teater di atas, sementara saya simpulkan bahwa pelajar dan santri di Mojokerto masih meminati seni teater. Kesimpulan tersebut didukung juga dari catatan diagenda saya, ternyata masih sederetan teater pelajar yang masih bertahan. Antara lain: Teater Q-TA SMA PGRI I Kota Mojokerto yang pernah mementaskan musikalisasi puisi berjudul Indonesia, karya Hamid Jabbar dalam ajang Mojokerto art Festival (Moral) tahun 2009 di halaman Dewan Kesenian Kota Mojokerto; mengikuti Pekan Seni Pelajar se Kota Mojokerto tahun 2010 di SMAN 2 Kota Mojokerto dengan naskah Ande Ande Lumut dengan sutradara Saiful Bakri; menjadi panitia dalam launching Antologi Puisi Afrizal Malna di SMA PGRI 1 Kota Mojokerto (bekerja sama dengan Biro Sastra Dewan Kesenian Kota Mojokerto); SMA Muhammadiyah Kota Mojokerto mengikuti Festival teater Pelajar se Jatim di Universitas Negeri Surabaya dengan naskah Wek Wek, karya D Djayakusuma dan sutradara Saiful Bakri; Teater Bintang SMAN Mojosari; Teater Air SMAN 1 Bangsal; Teater Incanda Mirror Theater SMAN 2 Kota Mojokerto; Teater Moeda SMAN 3 Kota Mojokerto; Teater Taman SMA Tamansiswa Mojokerto; Teater Jingga SMAN 1 Puri Kabupaten Mojokerto; Teater Satya Wikusama SMAN Gedeg Kabupaten Mojokerto; Teater Samudra Illahi dari MAN Sooko Mojokerto; Teater Payung Hitam SMAN 1 Sokoo Mojokerto; Teater Senja 789 MTs Smesta 789 Brangkal Kabupaten Mojokerto; Teater Kentrung SMAN Gondang Kabupaten Mojokerto.
Dari sederetan teater pelajar di atas, dapatlah saya rangkum beberapa hal: Pertama, Kurangnya informasi tentang even festival teater pelajar baik diadakan di Mojokerto maupun luar kota. Kedua, sebagian besar anggota teater pelajar adalah wanita sehingga cukup menyulitkan dalam memilih naskah. Ketiga, minimnya dana dari sekolah. Keempat, kurangnya sumber daya manusia pembina teater.
Melalui artikel sederhana ini, saya ingin mengajukan beberapa saran dan masukan demi kemajuan kehidupan teater pelajar di Mojokerto. Pertama, tiap kelompok teater pelajar memiliki email. Bermula dari email akan dilanjutkan dengan aktivitas pembuatan blog, akun di facebook, twitter dan gabung di milis teater. Informasi kegiatan festival teater maupun naskah teater dapat dikirim soft copynya lewat email. Murah dan lebih efisien. Kedua, mengadakan workshop teater untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Lidhie Art Forum Mojokerto, sebuah komunitas gabungan teater pelajar di Mojokerto, beberapa kali mengadakan workshop teater bagi teater pelajar. Beberapa narasumber yang pernah menjadi pemateri adalah Zainal Abidin Domba (Jakarta), Herry W Nugroho (Jakarta), AGS Arya Dipayana (Teater Tetas Jakarta), Luhur Kayungga (Teater Api Indonesia), Kurniasih Zaitun (Komunitas Hitam Putih Padangpanjang Sumatera Barat), Ragil Sukriwul (Malang), Antok Agusta (Bangil), Andhy Kephix (Komunitas Suket Indonesia), Fatah (Surabaya), Rita Matu Mona (Teater Koma Jakarta), Kusworo Bayu Aji dan Retno Ratih Damayanti (Teater Garasi Yogyakarta), Bambang Prihadi (Teater Sahid Jakarta), Ical Siregar (Jakarta), Mijil Pawestri (Yogyakarta), Juma'ali (STKW Surabaya). Ketiga, mengadakan pementasan tunggal.
Membuat suatu pertunjukan karya teater memang membutuhkan energi yang besar dan menguras dana yang cukup banyak. Namun proses menyiapkan sebuah pentas merupakan praktek nyata dari seluruh materi teori yang telah diberikan dalam diklat dan workshop.
Saya mencatat hanya satu dua teater pelajar di Mojokerto yang telah mengadakan pentas teater tunggal, antara lain: Teater Senja 789 MTs Smesta 789 Brangkal Kabupaten Mojokerto mengangkat repertoar Robohnya Surau Kami karya AA Navis.
Keempat, mengikuti festival teater pelajar, jika pihak sekolah memberi ijin dan mendukung dana. Dengan mengikuti festival teater pelajar semisal yang diadakan Taman Budaya Jawa Timur, kelompok teater pelajar akan berinteraksi dengan berbagai komunitas teater pelajar lainnya, dapat saling sharing informasi maupun berbagi pengalaman.
Beberapa teater pelajar di Mojokerto yang cukup sering mengikuti festival teater pelajar antara lain: Teater Air SMAN 1 Bangsal meraih Penampilan Terbaik dalam Festival Teater Pelajar di Unesa Surabaya; Teater Taman SMA Tamansiswa Mojokerto mengikuti Festival Cak Durasim di Taman Budaya Jatim di Surabaya; Teater Jingga SMAN 1 Puri Kabupaten Mojokerto mengikuti Festival Teater Pelajar Nasional di IKIP PGRI Semarang tahun 2008 dengan naskah Orang Kasar, karya Anton Chekov sutradara Bagus Mahayasa, dan meraih predikat Penampilan Terbaik dalam Festival Monolog yang diadakan oleh Unisda Lamongan; Teater Samudra Illahi dari MAN Sooko Mojokerto mengikuti Festival Teater Pelajar Nasional di IKIP PGRI Semarang tahun 2010 dengan naskah Lena Tak Pulang, karya Muram Batubara dengan sutradara Achmad Saiful Anam (Glewo).
Kelima, menonton pentas teater sesering mungkin sebagai referensi “visual”. Jika dana terbatas, ya.. cukup menonton dokumentasi pertunjukan teater semisal Teater Koma Jakarta yang menjual VCD dokumentasi pentas mereka yang rata-rata dijual seratus ribu rupiah pe-keping atau bisa pinjam ke sesama jejaring teater.
Keenam, banyak mengakses segala hal yang berkaitan dengan dunia teater semisal buku, naskah, katalog, foto, rekaman, poster. Semisal buku Nyanyian Lorong Gelap kumpulan dua naskah teater karya Bagus Mahayasa (Lidhie Art Forum), Teater Absurd karya Martin Esslin (Pustaka Banyumili, Mojokerto), Yuk Bermain Teater karya Hardjono WS (Desa Jatidukuh Kecamatan Gondang), Pengemis Itu (drama satu babak karya Anton de Sumartana, alumni SMA TNH Mojokerto), Sangkakala dari Timur (naskah Gatot “Sableng” Sumarno, Teater Kaca Mojokerto).
Demikianlah sebagian catatan kecil saya dalam mendokumentasikan dinamika teater pelajar di Mojokerto. Saya masih optimis bahwa teater pelajar akan berkembang lebih pesat di masa mendatang. Salam teater.
___________
*Achmad Saiful Anam (Glewo), penonton teater. Bergiat di Lidhie Art Forum Mojokerto dan Komunitas Pondok Jula Juli Mojokerto. Tinggal di Mojokerto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar